KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN
RINDI ASTUTI (SMK Negeri 4 Malang), Calon Guru Penggerak Angkatan 7 – Kelas 146B
Fasilitator : Retna Irrawati, Pengajar Praktik : Agnes Yuni Pujiastuti
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert
Proses pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengasah potensi peserta didik menjadi kompetensi unggul agar dapat menyiapkan diri menghadapi masa depan melalui program-program pembimbingan, pengajaran, dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Berbekal keunggulan kompetensi tersebut, peserta didik diharapkan memiliki karakter kepribadian sesuai Profil Pelajar Pancasila sehingga dapat menjadi individu yang menyadari peran dirinya sebagai manusia maupun anggota masyarakat.
Sekolah sebagai komunitas belajar hendaknya mampu menyuguhkan lingkungan positif yang mendorong terciptanya disiplin positif, sehingga peserta didik dapat belajar dalam suasana aman dan nyaman. Sekolah mempunyai peran penting dalam menumbuhkan budaya positif dengan demikian peserta didik dapat memahami dan menerapkan budaya dan nilai-nilai penting di lingkungan dimana dirinya berada kelak.
Pendidik merupakan pemimpin pembelajaran sekaligus influencer untuk itu setiap pengambilan keputusan harus berpihak kepada murid dilandasi nilai-nilai kebajikan universal karena segala perilaku dan ucapan menjadi teladan bagi para peserta didik dalam mengatasi tantangan kehidupan baik saat berinteraksi dengan teman, orang tua, maupun anggota masyarakat. Sejalan dengan kutipan mengawali tulisan ini, seorang pendidik harus memiliki integritas diri yang menggutamakan nilai-nilai moral dan etika dalam menuntun peserta didik memahami dirinya sebagai upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai individu maupun makhluk sosial.
Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Memahami kutipan Hegel tersebut di atas, Guru sebagai pendidik harus menyadari bahwa peserta didik sebagai manusia terlahir sesuai dengan kodrat (keunikan) masing-masing yang secara alamiah selalu ingin menunjukkan eksistensinya dalam berbagai kesempatan, dimana ada kemungkinan pada prosesnya terjadi pelanggaran moral dan etika yang dapat menyebabkan ketidakhamonisan. Pendidikan bertujuan mengarahkan manusia pada pembentukan etika sehingga menumbuhkan pribadi yang sadar diri, beriman, bertanggungjawab dan peduli terhadap terhadap lingkungan sehingga peserta didik memiliki kecerdasan serta kreatifitas dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
Peserta didik yang memilik budi pekerti, keluhuran, kebajikan dan kebenaran adalah masterpiece (mahakarya) keberhasilan pendidikan untuk itu para guru atau pendidik bertanggung jawab menyusun program pembelajaran yang mengakomodasi tujuan pendidikan etika melalui pembelajaran berdiferensiasi berbasis pembelajaran sosial emosional (PSE) untuk memperkuat kompetensi sosial emosional (KSE) dengan langkah-langkah antara lain menetapkan kompetensi sosial emosional (KSE) yang menjadi sasaran pada pembelajaran sesuai dengan kondisi peserta didik, menentukan pendekatan pembelajaran yang berpihak pada murid agar peserta didik memperoleh pengalaman bermakna, menetapkan metode pengajaran yang efektif, efisien dan produktif, menentukan indikator keberhasilan, melakukan asesmen dan evaluasi dan melakukan feedback (umpan balik).
Etika mengajarkan murid dapat memilih mana yang baik dan buruk. Melalui langkah-langkah pembelajaran yang efektik maka peserta didik dapat meningkatkan budi pekerti meraih kemuliaan sebagai manusia. Pendidikan adalah cara paling tepat untuk membiasakan pribadi yang beretika luhur sampai benar-benar tertanam dalam jiwa dan sanubari seorang anak.
Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran pada Modul 3.1 sebagai berikut:
- Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Guru sebagai seorang pendidik adalah pemimpin pembelajaran sekaligus panutan bagi lingkungan disekitarnya yang pada setiap kesempatan harus mampu mengambil keputusan berlandaskan prinsip kepemimpinan Ki Hajar Dewantara yaitu Pratap Triloka atau Trilogi kepemimpinan terdiri dari Ing Ngarso Sung Tuladha (seorang pemimpin harus mampu menjadi teladan), Ing Madya Mangunkarsa (seorang pemimpin harus mampu memberikan motivasi), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus memberi dukungan). Pratap Triloka ini sangat relevan meski kini telah memasuki abad teknologi dan informasi yang sangat pesat dimana peran guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik untuk itu setiap keputusan dipastikan selalu berpihak kepada murid agar menjadikan mereka sebagai peserta didik kreatif dan berkarakter sesuai profil pelajar Pancasila. Guru harus dapat menanamkan nilai -nilai kebajikan dalam budaya positif secara terus menerus secara eksplisit pada proses pembelajaran dan melakukan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab dengan memegang teguh moral dan etika.
- Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Sifat dan perilaku seorang guru dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran merupakan refleksi dari nilai-nilai yang dianutnya . Keputusan seorang pendidik akan berdampak bagi proses perkembangan seorang peserta didik di masa depan dengan demikian perlu selalu memunculkan kompetensi sosial emosional yaitu kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) dan pengambilan keputusan bertanggung jawab. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri pendidik menjiwai setiap kebijakan yang diambil sehingga tetap menjunjung tinggi kejujuran, keadilan dan integritas dalam menjamin terlaksananya pembelajaran yang berpihak pada murid melalui merdeka belajar.
- Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi coaching yang telah dibahas pada sebelumnya.
Keputusan yang dibuat seorang guru akan mempengaruhi terwujudnya lingkungan positif sehingga tercipta budaya positif dengan demikian peserta didik akan merasakan suasana kondusif, aman dan nyaman, kemampuan melakukan coaching akan mempermudah pengambilan keputusan secara bertanggung jawab. Kompetensi coaching menggunakan alur TIRTA merupakan modal guru untuk membimbing peserta didik menyelesaikan masalah-masalah peserta didik berbasis pada potensinya sendiri, hal ini tentu akan mempercepat tercapainya tujuan pembelajaran.
Selama proses pembelajaran pada Program Guru Penggerak, baik pendamping (pengajar praktik) maupun fasilitator khususnya untuk Angkatan 7 kelas 146 B yaitu Ibu Retna Irrawati dan Ibu Agnes Yuni Pujiastuti dalam pengambilan keputusan melalui kegiatan coaching (bimbingan) yang dilakukan oleh terasa sangat efektif dalam meningkatkan pemahaman saya.
Pembahasan pada beberapa contoh video praktik coaching telah memberi gambaran tentang penerapannya di sekolah terhadap rekan sejawat maupun peserta didik. Pengambilan Keputusan memanfaatkan teknik coaching yang berdasar pada moral, etika, nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi misi sekolah yang berpihak pada murid dalam mendukung terciptanya budaya positif. Coaching dilakukan berdasarkan prinsip kemitraan, sehingga jauh dari kesan menggurui sehingga terasa nyaman bagi coachee sedangkan coach dapat mengidentifikasi permasalahan, hadir sepenuhnya dan dapat menyampaikan pertanyaan berbobot sampai menemukan solusi terhadap permasalahan pembelajaran yang dihadapi. Keterampilan Guru dalam melakukan coaching dapat menghadirkan pengalaman bermakna bagi peserta didik dalam menyelesaikan program pembelajaran dan melaksanakan keyakinan kelas sebagai upaya menanamkan budaya positif.
- Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional berpengaruh secara signifikan dalam pengambilan keputusan. Pendidik sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil harus berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan dan peraturan perundangan yang berlaku berlandaskan pada 4 paradigma yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang, selajutnya menerapkan 3 prinsip yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Bagian penting dalam pengambilan keputusan, Guru harus dapat membedakan antara dilema etika ataukah bujukan moral untuk itu dilakukan dengan menerapkan 9 (Sembilan) langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang terdiri dari mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, menentukan siapa saja yang terlibat, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola), pengujian paradigma benar lawan benar, prinsip pengambilan keputusan, investigasi opsi trilemma, membuat keputusan dan meninjau lagi keputusan yang telah dbuat dan refleksi.
Kemampuan dalam mengambil keputusan yang cepat dan tepat yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam rangka meningkatkan pelayanan pendidikan kepada peserta didik tidak terjadi secara alamiah, perlu ada latihan dan pengulangan sampai mencapai hasil yang diharapkan. Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab diperlukan kompetensi sosial emosional seperti kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social, dan keterampilan berhubungan sosial. Guru harus menumbuhkan rasa simpati dan empati dalam memikirkan konsekuensi dari keputusannya sehingga bijak dalam membuat pilihan terbaik, agar lebih terstruktur dapat menerapkan teknik POOCH yaitu problem (masalah), option (alternatif pilihan), outcomes (konsekuensi), choiches (keputusan yang diambil) dan how (bagaimana hasilnya) strategi ini dapat membantu untuk memikirkan berbagai aspek sebelum membuat keputusan yang berpihak pada murid berlandaskan pada kesadaran penuh (mindfulness).
- Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pendidik mengemban tugas sebagai pemimpin pembelajaran dimana perilaku dan ucapannya merupakan standar bagi peserta didik, rekan sejawat maupun masyarakat dalam bertindak. Jika seorang Guru bertingkah laku baik, sopan, jujur, ramah dan disiplin maka peserta didik akan ikut menjadi baik pula, sebaliknya jika Guru bertindak kurang baik maka mereka akan memiliki pandangan perilaku kurang baik tersebut sebagai sebuah kewajaran dilakukan disekolah.
Jika seorang pendidik dihadapkan pada kasus-kasus yang fokus pada masalah moral atau etika maka dirinya harus menekankan pentingnya pengambilan keputusan yang etis dengan menunjukkan komitmen pada nilai etika melalui konsistensi perilaku dan ucapan. Guru adalah pemimpin pembelajaran yang pada dasarnya adalah penjaga moral karena sikap, pikiran dan perilakunya menjadi panutan dan refleksi dari lingkungan disekitarnya untuk dapat membedakan dengan tepat antara dilema etika dan bujukan moral maupun benar atau salah. Sesungguhnya pemimpin pembelajaran yang baik adalah mengutamakan moral yang berarti setiap keputusannya selau menunjukkan keberpihakan pada murid , tidak egois atau mengutamakan kepentingan pribadinya sendiri namun berusaha memberikan pelayanan sebaik-baiknya.
- Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Guru sebagai pendidik senantiasa berhadapan dengan situasi pengambilan keputusan dalam waktu yang terbatas dan zero mistake untuk itu harus terlatih mengidentifikasi kasus yang termasuk dalam dilema etika atau bujukan moral dengan tepat karena keputusan tersebut menimbulkan konsekuensi bagi keberlangsungan pembelajaran dan mempengaruhi suasana di sekolah. Setiap keputusan yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan, keteladanan, bijaksanaan, norma dan peraturan yang berlaku dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dengan demikian peserta didik dapat belajar dengan sebaik-baiknya.
- Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Setiap pengambilan keputusan yang dilakukan seorang Guru selalu melekat tantangan-tantangan sebagai konsekuensinya. Secara umum berbagai tantangan tersebut muncul sebagai akibat dari dinamika sekolah yang sedang berupaya menghadirkan program pembelajaran yang berpihak pada murid yaitu merdeka belajar. Pada konsep merdeka belajar ditekankan ada kebebasan yang bertanggung jawab dari sinilah muncul perbedaan pendekatan, cara pandang dan pemahaman sehingga sering muncul kasus dilema etika dimana dalam penyelesaiannya berlandaskan atas tiga prinsip penyelesaian dilema, yaitu berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking), berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) dan berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking) disesuaikan dengan konteks masalahnya. Tantangan selanjutnya adalah dari diri sendiri yaitu ketika melakukan pengambilan keputusan terhadap kasus – kasus dilema etika munculnya perasaan kurang nyaman karena adanya ekspektasi untuk dapat memuaskan semua pihak, hal ini dapat diatasi dengan menerapkan pengujian 9 langkah pengambilan keputusan dapat menetralisir keadaan secara terstruktur.
- Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengaruh pengambilan keputusan yang diambil oleh Guru dengan pengajaran memerdekakan murid -murid adalah terwujudnya merdeka belajar, dimana mereka leluasa mengekspresikan minat dan potensinya pada program pembelajaran disekolah dalam lingkungan belajar yang kondusif, aman dan nyaman. Harapannya dengan demikian peserta didik dapat mencapai keberhasilan sesuai kebutuhan belajar masing, merasa bahagia dan bertanggungjawab sepenuhnya. Guru menyusun program pembelajaran berdiferensiasi untuk memberikan pengalaman belajar bermakna sehingga peserta didik dapat berkreasi dan berinovasi sebagai langkah besar mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang hakiki. Seluruh pengambilan keputusan pendidik harus berpihak pada murid, guru berperan untuk memfasilitasi, membimbing, mengembangkan potensi dan minat yang sudah dimiliki peserta. Implementasi Kurikulum Merdeka sangat relevan dengan kebutuhan belajar peserta didik di SMKN 4 MALANG, hal ini dapat diamati dari alur tujuan pembelajaran yang disusun menyesuaikan kebutuhan belajar untuk menguasai kompetensi yang tercantum dalam capaian pembelajaran maupun melebihi dari itu.
- Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Guru adalah panutan, segala perilaku dan ucapannya bersifat imitatif untuk peserta didik. Begitu kuat pengaruh dari keputusan yang diambil oleh pendidik sebagai pemimpin pembelajaran sehingga akan mempengaruhi perjalanan hidup seorang manusia untuk itu keputusannya harus berpihak pada murid. Pemimpin pembelajaran harus berkomitmen menjaga moral atau etika yaitu mampu membedakan dengan tepat hal-hal yang salah dan melakukan hal benar terutama pada saat menyelesaikan kasus dilema etika. Pratap Triloka sebagai prinsip kepemimpinan pembelajaran harus menjadi ruh bagi produk keputusan yaitu menjadi teladan atau panutan, memberikan motivasi dan penguatan serta memberikan dukungan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik memanfaatkan sistem among dimana bertujuan membina kemandirian dan kedisplinan pribadi seperti telah tertuang dalam profil pelajar Pancasila. Peserta didik yang memiliki karakter kepribadian yang berintegritas tinggi akan dapat menemukan solusi permasalahan yang ditemui berbekal pengalaman belajar pada masa pembelajaran disekolah.
- Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kemampuan melakukan pengambilan keputusan merupakan suatu kompetensi yang harus dimiiki dan dilatih terus menerus oleh guru sebagai pendidik, penggerak komunitas praktisi dan coach. Keputusan yang diambil harus berlandaskan semangat Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha (seorang pemimpin harus mampu menjadi teladan), Ing Madya Mangunkarsa (seorang pemimpin harus mampu memberikan motivasi), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus memberi dukungan) karena dapat mencerminkan nilai dan peran pendidik sebagai teladan bagi peserta didik dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Keputusan yang dibuat hendaknya mendorong terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dan dipertanggungjawabkan agar peserta didik belajar sesuai kebutuhan belajar dalam budaya positif agar tercipta kesejahteraan psikologis (well being) melalui pembelajaran berdiferensiasi berbasi KSE.
Perubahan yang terjadi sebagai akibat pengambilan keputusan pada visi perubahan mengikuti alur BAGJA berbasis kekuatan positif. Segala upaya tersebut dilakukan demi membentuk peserta didik menuju terwujudnya profil pelajar pancasila sedangkan dari sisi prosesnya dapat ditemui permasalahan terkait dilema etika dan bujukan moral maka pendidik harus dalam kondisi kedasaran penuh (mindfulness) sehingga mampu menerapkan 4 paradigma dilema etika dan 3 prinsip penyelesaian dilema dan panduan 9 (Sembilan) langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga langkah yang diambil selalu berpihak kepada murid.
Kemampuan guru dalam melakukan coaching dapat mempermudah melakukan pengambilan keputusan karena dilakukan berbasis kemitraan untuk menemukan solusi berdasarkan kompetensi yang dimiliki coachee dengan demikian pembelajaran dapat menuntun peserta didik mengaktualisasikan potensi diri sejalan dengan terwujudnya merdeka belajar.
- Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Hal-hal diluar dugaan yaitu bahwa dalam pengambilan keputusan terdapat adanya paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan terstruktur tidak semata-mata berlandaskan identifikasi pribadi semata, sehingga diperoleh keputusan yang tepat dan efektif. Jika dalam tahap pengujian pengambilan keputusan ternyata didapatkan petunjuk adanya bujukan moral maka tidak perlu dilanjutkan pada proses pengambilan keputusan.
- Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini, sebagai pendidik tentu pernah menerapkan pengambilan keputusan dengan situasi dilema etika, yang saya lakukan adalah mencari referensi berdasarkan praktik baik dari rekan sejawat disertai berbagai pertimbangan sehingga terkesan membutuhkan waktu penentuan hasil akhir keputusan selain itu perbedaan situasi dan kondisi dapat menunjukkan hasil yang berbeda. Saya memilih untuk berada di zona nyaman asalkan sudah sesuai aturan dan tidak merugikan orang lain. Modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin telah membuka wawasan saya tentang paradigma, prinsip dan pengujian keputusan , sehingga dapat menentukan keputusan yang berpihak pada murid dan bermanfaat bagi ekosistem sekolah.
- Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Setelah mempelajari konsep pada Modul 3.1 melalui alur MERDEKA terjadi perubahan yang berarti bagi pola pikir saya dalam pengambilan keputusan sebagai seorang Guru. Sebelumnya saya berpikir bahwa pengambilan keputusan yang telah sesuai dengan nilai, norma dan aturan yang berlaku telah memadai ternyata diperlukan langkah-langkah terstruktur dimana terdapat 4 paradigma dilema etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) yang semuanya didasari atas 3 prinsip dan 9 langkah. Selanjutnya akan diterapkan dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran, pengambilan kebijakan terkait pembelajaran dan penggerak komunitas praktisi. Prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang efektif dan produktif membangkitkan keyakinan bahwa keputusan yang dibuat selalu berpihak pada murid menuju merdeka belajar demi mengantarkan peserta didik menuju keselematan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
- Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Materi pada modul 3.1 sangat penting, karena setiap saat sebagai pendidik selalu dituntut untuk mengambil keputusan dalam mendukung terwujudnya lingkungan pembelajaran yang aman dan nyaman. Konsep dan praktik yang telah saya pelajari merupakan kompetensi yang mendukung dalam pengambilan keputusan yang cepat, tepat, dan produktif untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila sesuai filosofi KHD berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal. Kompetensi yang akan sangat bermanfaat bagi saya sebagai pendidik dalam kehidupan individu maupun bermasyarakat
Demikian uraian koneksi antar materi Modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan berbasis kebajikan sebagai pemimpin, semoga informasi ini dapat bermanfaat. Sayapun menyadari masih harus belajar dan belajar lebih banyak, demi perbaikan diri saya kedepannya mohon saran sebagai pelecut semangat untuk selalu tergerak belajar dan melakukan hal-hal bermanfaat.
Salam Guru Penggerak
tergerak, bergerak dan menggerakan.
Guru bergerak Indonesia maju.